Ada seorang Abid yg meneyendiri di sebuah bukit
untuk beribadah disana. Suatu malam ia bermimpi mendengar suara berkata kepadanya ,"kunjungilah tukang sepatu yg
bernama fulan dan mintalah doa kepadanya."
keesokan harinya, ia turun gunung untuk mendatangi tukang sepatu tersebut.
"apa amalanmu," tanya si Abid ketika bertemu
dengannya.
"di siang hari aku berpuasa dan bekerja. Sebagian penghasilanku kusedekahkan dan sebagian yg lain
kugunakan untuk menghidupi keluargaku"
jawabnya.
Mendengar jawabannya,"Abid itu tidak jadi
meminta doa darinya dan segera kembali ke
tempat peribadatannya di atas bukit. Dalam hati
ia berkata,"Tukang sepatu ini telah berbuat baik,
tetapi, apa yg telah ia lakukan tidak sebaik
amalku. Kubaktikan diriku sepenuhnya kepada
Allah dengan beribadat di bukit yg sepi ini."
Malam itu ia kembali bermimpi mendengar suara
yg sama mengatakan,"temuliah tukang sepatu itu
dan tanyakan mengapa wajahnya tampak pucat?"
Keesokan harinya, si Abid kembali mendatangi
tukang sepatu itu dan menanyakan apakah
penyebab wajahnya menjadi pucat pasi. Tukang
sepatu itu pun menjawab," setiap bertemu
dengan seseorang, aku merasa dia akan selamat
dari siksa Allah sedangkan diriku akan binasa."
Mendengar jawabnya, si Abid berkata dalam hati,
"inilah yg menyebabkan aku diperintahkan untuk
memohon doa darinya,"
(di kutip dari Kitab Ihya Ulumuddin)
Hikmah Di balik Kisah
Dalam kisah di atas kita dapat melihat bagaimana
tukang sepatu itu dapat mengungguli si Abid yg
rajin beribadah kepada Allah. Ia selalu
merendahkan diri di hadapan Allah. Ia merasa
bahwa setiap orang yg ia temui, yg ia lihat,
memiliki kedudukan yg lebih mulia darinya di sisi
Allah. Padahal sepanjang siang ia berpuasa dan
bekerja mencari nafkah untuk keluarganya,
kemudian ia dermakan sebagian penghasilannya
untuk mereka yg membutuhkan. Allah SWT
mewahyukan:
"Dan orang-orang yg memberikan apa yg telah
mereka berikan, dengan hati yg takut,(karena
mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan
kembali kepada Tuhan mereka,"
(QS al-mu'minin 23:60)
Maksudnya, mereka melakukan berbagai amal
shaleh, tetapi tetap merasa takut jika Allah tidak
akan menerimanya.
Para Malaikat yg senantiasa beribadah kepada
Allah dan tidak pernah berbuat dosa itu pun
selalu merasa takut kepada Allah, Allah SWT
mewahyukan:
"Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada
henti-hentinya."
(QS Al-Anbiya 21:20)
"dan mereka itu(para Malaikat) selalu berhati-hati
karena takut kepadaNya."
(Al-Anbiya 21:28)
Semakin shaleh seseorang, dia akan semakin
berharap dan takut kepada Allah. Ia menyadari
bahwa semua keputusan ada dalam ketentuan
Allah. Ibadah yg ia lakukan bahwa bukanlah
sebuah jaminan, sebab, ia tidak pernah tahu,
ibadah tersebut diterima atau ditolak Allah.
Setiap saat, ia merasa khawatir akan akhir
usianya. Mampukah ia setiap berada dalam
keimanan dan meninggal sebagai seorang Muslim
atau justru sebaliknya. Ia tidak pernah merasa
aman dari tipu daya setan.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya ada orang yg melakukan perbuatan
penghuni neraka hingga jarak antara dia dan
neraka hanya kurang sehasta. Tiba-tiba catatan
ketentuan Allah mendahuluinya. Kemudian ia
melakukan amalan penghuni Surga dan Akhirnya
masuk surga. Dan seseungguhnya ada orang yg
melakukan perbuatan penghuni surga, hingga
jarak antara dia dengan surga hanya kurang
sehasta. Tiba-tiba catatan ketentuan Allah
mendahuluinya. Kemudian ia melakukan
perbuatan penghuni neraka dan akhirnya masuk
neraka..
(HR bukhari , Muslim Abu dawud, ibnu majah dan
Ahmad)
Yang hanya kita bisa lakukan adalah berusaha
setiap saat untuk melakukan yg terbaik, semoga
akhir hayat kita dalam Husnul Khatimah..
Aamiin Yaa Rabb..
A#4 Arfrea
0 komentar:
Posting Komentar